MATERI UJIAN PRAKTEK FISIKA SMADA UNG

Contoh Laporan Praktikum Fisika : Mikrometer Sekrup dan Jangka Sorong
1.Judul
Mikrometer Sekrup dan Jangka Sorong

2.Tujuan
Membandingkan tingkat ketelitian mikrometer sekrup dengan jangka sorong.

3.Latar Belakang
Pengukuran merupakan hal yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Alat yang digunakan untuk mengukur ada banyak, diantaranya jangka sorong dan mikrometer sekrup. Percobaan ini dilakukan agar kita dapat membandingkan tingkat ketelitian mikrometer sekrup dan jangka sorong.

4.Dasar Teori
JANGKA SORONG
Jangka sorong adalah alat ukur yang memiliki tingkat ketelitian 0. 1 mm.
Fungsi jangka sorong :
-Mengukursuatu benda dari sisi luar dengan cara diapit
-Mengukur sisi dalam suatu benda ( biasanya berupa benda yang memiliki lubang )
-Mengukur kedalaman celah atau lubang pada suatu benda
MIKROMETER SEKRUP
Mikrometer sekrup adalah alat ukur yang memiliki tingkat ketelitian 0.01 mm.
Fungsi mikrometer sekrup :
Mengukur kedalaman suatu benda
 http://www.jessicacindy97.blogspot.com
5.Alat dan Bahan
Alat      :                                   Bahan  :
-Mikrometer sekrup                -Gantungan kunci kayu
-Jangka Sorong                      -Tempat isi pensil mekanik
                                                -Pensil
                                                -Buku tulis
                                                -Gantungan kunci logam

6.Cara Kerja
  
a.Menyiapkan alat dan bahan
b.Mengukur benda dengan jangka sorong :
- Menjepit benda dengan cara menggeser rahang sorong bawah agar benda terjepit dengan rahang tetap bawah.
- Mengencangkan rahang sorong bawah dengan memutar tombol kunci agar menda tidak terlepashttp://www.jessicacindy97.blogspot.com
- Membaca skala utama, yaitu angka yang ada sebelum angka 0.
- Membaca skala nonius, yaitu angka pada skala nonius yang berhimpit dengan angka skala utama.
- Menyamakan satuan antara skala utama dan skala nonius ( misal : dalam milimeter, atau dalam sentimeter )
- Menuliskan hasil bacaan skala utama dan nonius
- Menjumlahkan bacaan skala utama dan skala nonius, sehingga mendapat hasil ukuran benda
c.Mengukur benda dengan mikrometer sekrup
- Menjepit benda ( seperti pada gambar ) dengan cara memutar selubung luar.
- Membaca skala utama (angka yang ada sebelum selubung luar)
- Membaca skala nonius ( garis pada skala utama yang berhimpit pada garis di selubung luar)http://www.jessicacindy97.blogspot.com
- Menuliskan hasil bacaan skala utama dan nonius
- Menjumlahkan bacaan skala utama dan nonius, sehingga mendapat hasil ukuran benda.
d.Mengulangi langkah b dan c untuk benda-benda selanjutnya

7.Hasil Pengamatan
No
Bahan
Hasil Bacaan
 Jangka Sorong
 Mikrometer Skrup
1
Gantungan kunci kayu
Su : 0.5    cm
Sn : 0.00  mm
Su : 5.5    mm
Sn : 0.020mm
2
Tempat isi pensil
Su : 0.5    cm
Sn : 0.55  mm
Su : 5.0    mm
Sn : 0.032mm
3
Pensil
Su : 0.6    cm
Sn : 0.85  mm
Su : 6.5    mm
Sn : 0.017mm
4
Buku tulis
Su : 0.3    cm
Sn : 0.9    mm
Su : 3.0    mm
Sn : 0.07  mm
5
Gantungan kunci logam
Su : 0.2    cm
Sn : 0.1    mm
Su : 2.5    mm
Sn : 0.042mm

8.Pengolahan data
 http://www.jessicacindy97.blogspot.com

No
Bahan
Mikrometer Sekrup
Jangka Sorong
1
Gantungan kunci kayu
Su : 5.5    mm
Sn : 0.020mm

Hasil
Su + Sn
= 5.5 mm + 0.020 mm
= 5.52 mm
Su : 0.5    cm     = 5.0 mm
Sn : 0.00  mm

Hasil
Su + Sn
= 5 mm + 0.00 mm
= 5.00 mm
2
Tempat isi pensil



Su : 5.0    mm
Sn : 0.032mm


Hasil
Su + Sn
= 5.0 mm + 0.032 mm
= 5.032 mm
Su : 0.5    cm    = 5.0 mm
Sn : 0.55  mm


Hasil
Su + Sn
= 5 mm + 0.55 mm
= 5.55 mm
3
Pensil
Su : 6.5    mm
Sn : 0.017mm

Hasil
Su + Sn
= 6.5 mm + 0.017 mm
= 6.517 mm
Su : 0.6    cm     = 6.0mm
Sn : 0.85  mm

Hasil
Su + Sn
= 6 mm + 0.85 mm
= 6.85 mm
4
Buku tulis
Su : 3.0   mm
Sn : 0.07  mm

Hasil
Su + Sn
= 3.0 mm + 0.07 mm
= 3.07 mm
Su : 0.3    cm     = 3 mm
Sn : 0.9    mm

Hasil
Su + Sn
= 3 mm + 0.9 mm
= 3.9 mm
5
Gantungan kunci kayu
Su : 2.5    mm
Sn : 0.042mm

Hasil
Su + Sn
= 2.5 mm + 0.042 mm
= 2.542 mm
Su : 0.2    cm     = 2.0 mm
Sn : 0.1    mm

Hasil
Su + Sn
= 2 mm + 0.1 mm
= 2.1 mm
 http://www.jessicacindy97.blogspot.com
9.Kesimpulan

Hasil pengukuran dengan menggunakan mikrometer sekrup lebih teliti daripada pengukuran dengan menggunakan jangka sorong.


A.    Tujuan
1.      Mengamati pembentukan bayangan pada lensa cembung dan lensa cekung
2.      Membuat grafik hubungan antara jarak benda (s), jarak bayangan(s’)
3.      Menentukan jarak titik api lensa (f) berdasarkan grafik
4.      Menentukan jarak focus lensa cembung dan lensa cekung (f) berdasarkan pengolahan data hasil
B.     Dasar Teori
Lensa adalah benda bening yang dibatasi oleh dua bidang bias.
Ada 2 jenis lensa yaitu:
1) Lensa Cembung (konveks)
Lensa cembung adalah lensa yang bagian tengahnya lebih tebal daripada bagianpinggirnya.Lensa cembung terdiri atas 3 macam bentuk yaitu lensa bikonveks (cembung rangkap), lensa plankonveks (cembung datar) dan lensa konkaf konveks (cembung cekung).Lensa cembung disebut juga lensa positif karena jarak fokusnya (f) selalu bertanda positif.. Lensa cembung memiliki sifat dapat mengumpulkan cahaya (konvergen).Apabila ada berkas cahaya sejajar sumbu utama mengenai permukaan lensa, maka berkas cahaya tersebut akan dibiaskan melalui satu titik.
Lensa cembung terdiri atas 3 macam bentuk yaitu lensa bikonveks (cembung rangkap), lensa plankonveks (cembung datar) dan lensa konkaf konveks (cembung cekung).
Sinar-sinar istimewa pada lensa cembung
1. Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan menuju titik fokus
2. Sinar datang melalui titik fokus dibiaskan sejajar sumbu utama
3. Sinar datang melalui titik pusat lensa diteruskan (tanpa dibiaskan)

2) Lensa Cekung
ckung.jpegLensa cekung adalah lensa yang bagian tengahnya lebih tipis daripada bagian pinggirnya.Lensa cekung ada 3 macam bentuk yaitu lensa bikonkaf (cekung rangkap), lensa plankonfaf (cekung datar) dan lensa konveks konkaf (cekung cembung).Lensa cekung disebut juga lensa negatif. Lensa cekung memiliki sifat dapat menyebarkan cahaya (divergen) Lensa cekung disebut lensa divergen karena dapat memancarkan berkas sinar cahaya yang sejajar sumbu utama dan seolah-olah berasal dari satu titik di depan lensa. Apabila seberkas cahaya sejajar sumbu utama mengenai permukaan lensa cekung, maka berkas cahaya tersebut akan dibiaskan menyebar seolah-olah berasal dari satu titik


Tiga sinar istimewa pada lensa cekung
http://www.fisika-ceria.com/wp-content/uploads/2010/12/Tiga-sinar-istimewa-pada-lensa-cekung.png

Sinar datang sejajar sumbu utama lensa dibiaskan seakan-akan berasal dari titik fokus aktif F1
Sinar datang seakan-akan menuju titik fokus pasif F2 dibiaskan sejajar sumbu utama
Sinar datang melalui titik pusat optik O diteruskan tanpa pembiasan


Rumus Lensa
1/f = 1/S + 1/S’
M = S / S’= h / h’
P = 1 / f
Keterangan:
S  = jarak benda (m)
S’ = jarak bayangan (m)
f = jarak fokus (m)
M = Perbesaran linier bayangan
P = Kuat lensa (dioptri)

Rumus-rumus di atas dipergunakan dengan ketenuan sebagai berikut.
1). Jarak fokus lensa bernilai:
a). positif untuk lensa cembung, karena lensa cembung bersifat mengumpulkan cahaya.
b). negatif untuk lensa cekung. karena lensa cekung bersifat menyebarkan cahaya.
2). Untuk benda dan bayangan nyata, nilai So, Si, ho dan hi bernilai positif.
3). Untuk benda dan bayangan maya, nilai So, Si, ho dan hi bernilai negatif.
4). Untuk perbesaran bayangan maya dan tegak, nilai M positif
5). Untuk perbesaran bayangan nyata dan terbalik, nilai M negatif.
C.     Alat
1.      Lensa cembung
2.      Lensa cekung
3.      lampu lilin (sebagai benda)
4.      Mistar
5.      Bangku optic
6.      Korek


D.    Langkah kerja
1.      lensa cmbung.jpgleakan lilin, lensa dan ayar pada bangku optic serta susun alat-alat tersebu epert gambar





2.      Gesekan layar atau kensa kekiri atau ke kanan sehingga diperleh baangan lilin yang paling jelas atau focus
3.      Ukur an catat jarak benda  (S) yaitu arak lilin ke lensa dan jarak bayangan (si), yaitu jarak lilin ke layar
4.      Ulangi langkah 2 dan 3 sebanyak delapan kali dengan jarak benda yang berbeda-beda.
5.      Masukan semua data kedalam table hasil pengamatan

E.     Data pengamatan
No
S (cm)
S’ (cm)
1/S (cm)
1/S + 1/S’
1/f
f
Sifat bayangan
1
20
20
0,05
0,05 + 0,05
0,1
10
Nyata,terbalik, sama besar
2
25
16
0,04
0,04 +0,063
0,102
9.75
Nyata,terbalik,dan diperkecil
3
30
14
0,03
0,03 + 0,071
0,104
9,54
Nyata,terbalik,dan diperkecil
4
35
13
0,028
0,028 + 0,07
0,105
9,47
Nyata,terbalik,dan diperkecil
5
40
12
0,025
0,025+0,083
0,108
9,23
Nyata,terbalik,dan diperkecil
6
60
11
0,016
0,016+0,009
0,107
9,29
Nyata,terbalik,dan diperkecil
7
70
10
0,014
0,014+0,1
0,114
8,75
Nyata,terbalik,dan diperkecil
8
80
9
0,0125
0,0125+0,11
0,123
8,08
Nyata,terbalik,dandiperkecil

No
h
h’
S
S’
1/S
1/S’
1/S + 1/S’
1/f
f
Sifat bayangan
1
4
1
10
2.5
0,1
-0.4
0.1-0.4
-0.3
-3.3
Maya tegak dan diperkecil
2
3
0,7
15
3.5
0.06
-0.28
0.06-0.28
-0.22
-4.5
Maya tegak dan diperkecil
3
5
1
20
4
0.05
-0.25
0.05-0.25
-0.2
-5
Maya tegak dan diperkecil
4
3
0.4
25
3.3
0.04
-0.30
0.04-0.30
-0.26
-3.84
Maya tegak dan diperkecil
5
7
0.8
30
3.5
0,03
-0.28
0.03-0.28
-0.25
-4
Maya tegak dan diperkecil
6
3
0.2
35
2.3
0.028
-0.43
0.028-0.43
-0.41
-2.43
Maya tegak dan diperkecil
7
7
0.5
40
2.8
0.025
-0.35
0.025-0.35
-0.33
-3.03
Maya tegak dan diperkecil
8
4
0.2
50
2.5
0.02
-0.4
0.02-0.4
0.38
-2.63
Maya tegak dan diperkecil

Gambar grafik hubungan anara 1/S dan 1/S’













Analisis grafik :
Dari grafik hubugan 1/S dan 1/S’ dia atas dapat diketahui bahwa semakin besar jarak benda ke lensa maka semakin kecil nilai S’ maka ( 1/S berbanding terbalik dengan 1/S’) pada lensa cembung S’ bernilai positif
Dari grafik hubungan 1/S dan 1/S’ pada lensa cekung diatas dapat diketahiu bahwa grafik hubungan naik turun. Artinya jika 1/S naiknya besar , maka 1/S’ bernilai kecil atau lebih besar ( nilai S’ selalu negative karena sifat bayanganya maya)

F.      Pembahasan
Dalam praktikum ini , dilakuakn dua kali percobaan yaitu percobaan pada lensa cembung dan pada lensa cekung
pada lensa cembung dilakukan delapan variasi data dengan jarak yang berbeda beda dan dari variasi data tersebut akan ditemukan jarak bayang anatau S’. jarak bayangan  diukur dari lensa ke layar yang menangkap cahaya. setelah menemukan jarak bayangan maka dilakukan penghitungan titik focus (f)dengan rumus :
1/f = 1/S + 1/S’
dengan ketentuan :
S = bernilai psitif
S’ = bernilai positif dikarenakan bayangan bersifat nyata yang berada dibelakang lensa
f = bernilai positif karena lensa cembung bersifat mengumpulkan cahaya
Dengan penerapan rumus tersebut maka diperoleh titik focus dengan sifat bayangan nyata dan terbalik semakin jauh lensa dari benda maka bayangan akan diperkecil dan semakin dekat maka bayangan akan diperbesar bahkan dapat bersifat maya.Pada praktikum ini titik focus yang dihasilkan antara delapan varias tidak sama ( tidak akurat) factor-faktor yang mempengarui ketidak aakuratan hasil yaitu
          kurang akurat dalam pengukuran
         dalam lensa cembung tidak mendapatkan bayangn yang focus
         kerusakan alat (missal lensa)
         kurang akurat dalam penghitungan data
         terdapat cahaya yang terang sehingga tidak mendapatkan bayangan yang focus
kemudian percobaan kedua dilakuakn dengan lensa cekung. pada percobaan ini selain jarak benda(S)  tinggi dari benda (h) dan tinggi dari  bayangan benda(h’) juga diukur , ketiga data tersebut digunakan untuk perhitungan besarnya jarak bayangan dengan rumus:
M = S / S’= h / h’
dengan penerapan rumus tersebut maka akan diperoleh besarnya jarak bayangan (S’). selanjutya dilakukan perhitungan titik focus :
1/f = 1/S + 1/S’
dengan ketentuan pada lensa cekung :
S = bernilai positif
S’ = bernilai negative karena bayangan yang terbentuk yaitu maya dan bayangan selalu berada di depan lensa cekung
f = bernilai negative karena Lensa cekung memiliki sifat dapat menyebarkan cahaya (divergen)
Pada percobaan kami terdapat kekeliruan dalam perhtungan f dimana (S’) yanag digunakan bernilai positif seharuya bernilai negative .bayangan yang dibentuk lensa cekung selalu berada di depan lensa dan sifat bayanganya selalu maya tegak dan diperkecil
G.    Diskusi pertanyaan
1.      Mengapa percobaan dilakukan dengan elapan kali variasi data?
percobaan dilakukan dengan delapan kali variasi data dengan tujuan agar dapat diperoleh hasil data yang lebih akurat dan menghasilkan jarak titik focus yang lebih tepat dengan semakin banyak data variasi yang didapatkan kita akan mendapatkan keakuratan data yang maksimal
2.      Apakah kelima hasil perhitungan jarak focus lensa (f) menghasilkan angka yang sama persis ? kalau tidak mengapa terjadi demikian
( kesalahan percoban dapat diakibatkan oleh factor alat dan factor praktikan, uraikan kemungkinan – kemungkina kesalahan alat dan keslahan praktikan )
Dari hasil percobaan kami memang hasil perhitungan titik focus tidak sama hanya terpaut selisih sedikit mungkin itu disebabkan karena
         kurang akurat dalam pengukuran
         dalam lensa cembung tidak mendapatkan bayangn yang focus
         kerusakan alt (missal lensa)
         kurang akurat dalam penghitungan data
         terdapat cahaya yang terang sehingga tidak mendapatkan bayangan yang fokus
3.      Bagaimanakah pengaruh besarnya S terhadap besarnya S’?
Pengaruh besarnya S terhadap S’ yaitu semakin besar jarak benda ke lensa (S) maka semakin kecil nilai (S’) maka, jarak S berbanding terbalik dengan jarak S’
 pada lensa cekung juga demikian semakin besar nila S maka jarak / nilai S’ semakin kecil akan tetapi dalam percobaan kami terdapat data yang tidak tepat karena ketinggian api selalu berubah ubah.
4.      Apa sajakah sifat-sifat bayangan yang terjadi pada percobaan ini ?
Lensa cembung :
         nyata, terbalik dan diperbesar ( benda ruang 2 )
         Nyata terbalik diperkecil (benda ruang 3)
         Maya , tegak diperbesar (benda ruang 1)
Lensa cekung
         Selau maya tegak diperkecil (benda selalu diruang 4)
5.      Berapa jarak focus lensa yang digunakan pada percobaan in ?
         Lensa cembung = 10, 9.75, 9.54, 9.47, 9.23, 9.29, 8.75, 8.08
         Lensa cekung = -3.3, -4.5,-5,-3.84,-4,-2.43,-3.03,-2.63
6.      Apa perbedaan bayangan pada lensa cekung dan cembung
Lensa cembung : bayanganya selalu berada di belakang lensa
         Nyata, terbalik dan diperbesar ( benda ruang 2 )
         Nyata terbalik diperkecil (benda ruang 3)
         Maya , tegak diperbesar (benda ruang 1)
Lensa cekung : bayangan berada di depan lensa
         Selau maya tegak diperkecil (benda selalu diruang 4)

7.      Jelaskan yang dimaksud bayangan nyata dan bayangan maya
Benda nyata yaitu bayangan yang dihasilkan dari perpotongan sinar sinar bias. bayanagn nyata disebut juga bayangan sejati karena dapat ditangkap dengan layar. pada system lensa bayangan nyata selalu terbalik dan berada dibelakang lensa
bayangan maya yaitu bayangan yang diasilkan dari perpotongan perpanjangan sinar sinar bias. bayangan maya disebut juga bayangan semu krena tidak dapat ditangkap oleh layar pada system lensa bayangan maya selalu tegak, dan berada didepan lensa.
8.      tentukan sifat bayangan pada lensa cekung
Sifat bayanganya maya, tegak dan diperkecil dan letak bayanganya selalu di depan lensa

H.    Kesimpulan
   Berdasarkan percobaan yang dilakuakan benda pada lensa cembung bayangaya selalu berada di belakang lensa dan memiliki sifat bayangan nyata, terbalik diperkecil / nyata tebali diperbesar/ maya tegak diperkecil. sedangkan bayangan yang dibentuk lensa ckung selalu berada di depan lensa sehingga memiliki sifat bayangan maya, tegak dan diperkecil


Ujian Praktek Fisika
PERCOBAAN KACA PLAN PARALEL
INDEKS BIAS

I. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan pergeseran arah sinar pada kaca plan paralel
Menentukan indeks bias kaca plan paralel

II. ALAT DAN BAHAN

1. Kaca plan paralel
2. Kertas HVS
3. Jarum
4. Busur
5. Mistar
6. Scientific Calculator
7. Styrofoam
8. Doubel Folio
III. DASAR TEORI
Pembiasan cahaya adalah peristiwa penyimpangan atau pembelokan cahaya karena melalui dua medium yang berbeda kerapatan optiknya. Arah pembiasan cahaya dibedakan menjadi dua macam yaitu :
a. mendekati garis normal
Cahaya dibiaskan mendekati garis normal jika cahaya merambat dari medium optik kurang rapat ke medium optik lebih rapat, contohnya cahaya merambat dari udara ke dalam air.
b. menjauhi garis normal
Cahaya dibiaskan menjauhi garis normal jika cahaya merambat dari medium optik lebih rapat ke medium optik kurang rapat, contohnya cahaya merambat dari dalam air ke udara.
Syarat-syarat terjadinya pembiasan :
1) cahaya melalui dua medium yang berbeda kerapatan optiknya;
2) cahaya datang tidak tegaklurus terhadap bidang batas (sudut datang lebih kecil dari 90O)
Beberapa contoh gejala pembiasan yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari diantaranya :
² dasar kolam terlihat lebih dangkal bila dilihat dari atas.
² kacamata minus (negatif) atau kacamata plus (positif) dapat membuat jelas pandangan bagi penderita rabun jauh atau rabun dekat karena adanya pembiasan.
² terjadinya pelangi setelah turun hujan.
1. Indeks Bias
Pembiasan cahaya dapat terjadi dikarenakan perbedaan laju cahaya pada kedua medium. Laju cahaya pada medium yang rapat lebih kecil dibandingkan dengan laju cahaya pada medium yang kurang rapat. Menurut Christian Huygens (1629-1695) : “Perbandingan laju cahaya dalam ruang hampa dengan laju cahaya dalam suatu zat dinamakan indeks bias.”
Secara matematis dapat dirumuskan :
Tabel Indeks Bias Beberapa Zat
Medium
n = c / v
Udara Hampa
1,0000
Udara (pada STP)
1,0003
Air
1,333
Es
1,31
Alcohol Etil
1,36
Gliserol
1,48
dimana :
- n = indeks bias
- c = laju cahaya dalam ruang hampa ( 3 x 108 m/s)
- v = laju cahaya dalam zat
Indeks bias tidak pernah lebih kecil dari 1 (artinya, n ³1), dan nilainya untuk beberapa zat.
2. Hukum Snell
Pada sekitar tahun 1621, ilmuwan Belanda bernama Willebrord Snell (1591 –1626) melakukan eksperimen untuk mencari hubungan antara sudut datang dengan sudut bias. Hasil eksperimen ini dikenal dengan nama hukum Snell yang berbunyi :
- sinar datang, garis normal, dan sinar bias terletak pada satu bidang datar.
- hasil bagi sinus sudut datang dengan sinus sudut bias merupakan bilangan tetap dan disebut indeks bias.
Ketika cahaya melintas dari suatu medium ke medium lainnya, sebagian cahaya datang dipantulkan pada perbatasan. Sisanya lewat ke medium yang baru. Jika seberkas cahaya datang membentuk sudut terhadap permukaan (bukan hanya tegak lurus), berkas tersebut dibelokkan pada waktu memasuki medium yang baru. Pembelokan ini disebut Pembiasan.
Sudut bias bergantung pada laju cahaya kedua media dan pada sudut datang. Hubungan analitis antara q1 dan q2 ditemukan secara eksperimental pada sekitar tahun 1621 oleh Willebrord Snell (1591-1626).
Hubungan ini dikenal sebagai Hukum Snell dan dituliskan:
n1 sin q1 = n2 sin q2
q1 adalah sudut datang, dan q2 adalah sudut bias (keduanya diukur terhadap garis yang tegak lurus permukaan antara kedua media). n1 dan n2 adalah indeks-indeks bias materi tersebut. Berkas-berkas datang dan bias berada pada bidang yang sama, yang juga termasuk garis tegak lurus terhadap permukaan. Hukum Snell merupakan dasar Hukum pembiasan.
Jelas dari hukum Snell bahwa jika n2 > n1, maka q2 > q1, artinya jika cahaya memasuki medium dimanan lebih besar (dan lajunya lebih kecil), maka berkas cahaya dibelokkan menuju normal. Dan jika n2 >n1, maka q2 > q1, sehingga berkas dibelokkan menjauhi normal
3. Sudut kritis
Sin ik = n2 / n1
Yaitu sudut datang yang menhhasilkan sudut bias 900
4. Pemantulan sempurna
Syarat : 1. Sinar dari medium rapat ke renggang
sudut datang > sudut kritis
Kaca plan paralel atau balok kaca adalah keping kaca tiga dimensi yang kedua sisinya dibuat sejajar
Berdasarkan gambar di atas, cahaya yang mengenai kaca planparalel akan mengalami dua pembiasan, yaitu pembiasan ketika memasuki kaca planparalel dan pembiasan ketika keluar dari kaca plan paralel.
Pada saat sinar memasuki kaca :
Sinar datang ( i ) dari udara (medium renggang) ke kaca (medium rapat) maka akan dibiaskan ( r ) mendekati garis normal ( N ).
Pada saat sinar keluar dari kaca
Sinar datang ( i’ ) dari udara (medium renggang) ke kaca (medium rapat) maka akan dibiaskan ( r’ ) menjauhi garis normal ( N )
Selain itu, sinar yang keluar dari kaca palnparalel mengalami pergeseran sejauh t dari arah semula, dan besarnya pergeseran arah sinar tersebut memenuhi persamaan berikut :
Keterangan :
d = tebal balok kaca, (cm)
i = sudut datang, (°)
r = sudut bias, (°)
t = pergeseran cahaya, (cm)

Kaca plan paralel adalah benda optik yang dibatasi oleh dua permukaan pembias yang sejajar.Seberkas sinar datang dari udara ke kaca plan paralel akan mengalami pembiasan I oleh bidang pembias I. Kemudian sinar tersebut akan mengenai bidang pembias II danmengalami pembiasan kedua..


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwXlzbvPD67_TrPUZ-KT0U-NKBCO5p3RII0hQKDjuI6lqORftKxx2ckZUxOhP0mLh6wdHZRl1SGXjBIE_E9gedoqDgegZRXvXPcQTwqdzTz9hpXDd4hEqqiCkUaizXvZqLbo_6-icFDhrv/s400/gambar6.jpg
Sinar yang masuk bidang pembias I akan sejajar dengan sinar yang keluar dari bidang pembias II dan mengalami pergeseran. Pergeseran sinar tersebut dirumuskan :
t = d sin (i-r)
cos r
Dimana:
t : pergeseran sinar
d : tebal kaca plan paraleli
i :sudut sinar datang pada bidang pembias I
r : sudut sinar bias pada bidang pembias I

sedangkan untuk menentukan indeks bias kaca plan paralel dapat dirumuskan :
sin i = n 2
sin r n1 
IV. LANGKAH KERJA
1. Letakkan kaca paralel di atas kertas HVS.
2.Tentukan sudut sinar datang dengan menggunakan busur derajat.
3.Tandai sudut sinar datang tersebut dengan menggunakan 2 jarum pada bidang pembiasI.
4.Tentukan arahnya pergeseran sinar pada bidang pembias 2 dengan menggunakan jarum juga dengan melihat pada kaca plan paralel posisi jarum sehingga ke-4 jarum tersebut berada pada posisi yang berhimpit.
5.Gambar arahnya sinar pada kertas tersebut.
6.Ulangi percobaan sebanyak 5 kali untuk sudut datang yang berbeda pada bidang pembias I.
7.Bandingkan hasil percobaan dan hasil perhitungan kemudian analisa.

Hasil Pengamatan

Tebal kaca : d :....
I
R
sin i
sin r
sin i/sin r
t percobaan
t perhitungan
200
300
400
500
600

PROSEDUR II.

-Menyusun alat sebagai berikut
Meletakkan kaca di atas kertas HVS yang telah diberi alas stereoform.
Menjiplak kaca plan paralel tersebut dengan pensil.
Menancapkan jarum pentul pada posisi 1 dan 2.
Menancapkan jarum pentul pada posisi 3 sehingga seolah olah jarum 1,2, dan 3 terlihat lurus (segaris).
Menancapkan jarum pentul pada posisi 4 sehingga seolah olah jarum 1,2,3, dan 4 terlihat lurus (segaris).mengambil kaca dan seluruh jarum pentul dari kertas HVS.
Menghubungkan jarum 1,2,3, dan 4.
Mengukur besarnya sudut datang dan sudut bias baik pada posisi 1 maupun posisi 2.
Menghitung besarnya indeks bias kaca.
DATA PERCOBAAN
No.
Posisi
i(0)
r(0)
n
1.
1
20
25
2.
2
35
25
n=





Kesimpulan :
G. HASIL PERCOBAAN:
A. Posisi 1.
n1.sini1 = n2. Sin r1
1. sin20 = n2.sin25
n2 = sin20
sin25
n2 = 0,342
0,422
n2=0.810
Posisi 2.
n2.sini2 = n2. Sin r2
1.Sin35 = n2.sin25
n2 = sin35
sin25
n2 = 0,573
0,422
n2 = 1,357
n total = 2,167
H. KESIMPULAN.
Praktikum Menentukan Indeks Bias Kaca Plan Paralel berhasil dilaksanakan dengan hasil sebagai berikut:
- n pada posisi 1 = 0,810.
- n pada posisi 2 = 1,357.
- n total = 2,167
Laporan Praktikum Pipa U
A.    JUDUL PENELITIANhttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiiqJdg60KHYFQnj30Vo05qqxbkcB6EMfhACzebMteAZ6OML7EUbJZQ5mx4_DOB51JR0_QInee9hcnHo-fo9IG0Rj52QdVpuKfndFQoujWh7aJtxQX77joZWKJcS44Gkndu1THxOA4sPIk/s1600/Berat+Jenis+zat+cair.jpg
Pipa U
B.     TUJUAN PENELITIAN
Menentukan Massa Jenis Zat Cair Dengan Pipa U
C.     LANDASAN TEORI
      Massa jenis merupakan bagian sifat penting dari zat. Massa Janis (ρ) adalah perbandingan antara massa zat dengan volum zat tersebut.

ρ = m/V
Keterangan :   
m = massa (Kg)
V = volume (m3)
ρ  = massa jenis (Kg/m3)
Hukum utama hidrostatistika
“Zat cair yang sejenis dan terletak pada satu bidang datar akan memiliki tekanan yang sama”.
P1   = P2
ρa . g . ha   = ρs . g . hs
D.    TABEL PENGAMATAN
NO
h minyak (cm)
h air ( cm )
 ( )
( )
1
1,5
1,3
1
0,867
2
3
2,8
1
0,933
3
4
3,8
1
0,955
4
5
4,7
1
0,94
5
6
5,8
1
0,967

E.     ANALISIS DATA


a.       Percobaan 1
ha             = 
1000.1,3          = 
                   = 0,867
b.      Percobaan 2
ha             = 
1000.2,8          = 
                 = 0,9339
c.       Percobaan 3
ha             = 
1000 . 3,8        =  4
                   = 0,95
d.      Percobaan 4
 ha                        = 
1000. 4,7         = m . 5
m                   = 0,949

e.       Percobaan 5
 ha                        = 
1000.5,8          = m . 6
m                   = 0,98



F.      KESIMPULAN
            Dari percobaan diatas maka dapat disimpulkan bahwa massa jenis Minyak berbanding lurus dengan tinggi minyak.

G.    PENERAPAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI
a.       Air dalam teko
b.      Alat pengukur kedataran suatu permukaan

c.       penyaluran air melalui selang pada tempat dengan ketinggian yang sama

Laporan Praktikum Archimedes


Judul Praktikum            : Hukum Archimedes

Tujuan Praktikum         :

Membandingkan gaya Archimedes antara pengukuran (neraca gaya) dengan hasil – hasil perhitungan p.g.V
Membuktikan peristiwa tenggelam, terapung, dan melayang. Alat dan Bahan :
Alat :
Gelas Ukur, yang dipakai sebagai wadah
Neraca Pegas, yang dipakai untuk mengukur berat benda (W) di udara maupun di air.
Neraca Ohaus, yang dipakai untuk mengukur massa benda
Sendok, yang dipakai untuk mengaduk larutan garam
Benang, yang dipakai untuk mengikat telur
Kertas millimeter, yang dipakai sebagai skala
Bahan :
Telur, benda yang akan digunakan dalam percobaan untuk mendapatkan data gaya angkat dan peristiwa tenggelam, melayang dan, mengapung.
Air, yang akan digunakan sebagai media untuk mengukur / menghitung gaya apung
Garam, sebagai bahan terlarut dalam percobaan II.

A.     PERCOBAAN

I.        Dasar teori :

Hukum Archimedes
            Hukum Archimedes : Setiap benda yang berada di dalam suatu fluida, maka benda itu akan mengalami gaya ke atas (yang disebut gaya apung) seberat zat cair yang dipindahkan.
Dalam persamaan : FA = Wb
Menurut Archimedes, benda menjadi lebih ringan bila diukur dalam air daripada di udara karena dalam air, benda mendapat gaya ke atas. Sementara ketika di udara, benda memiliki berat yang sesungguhnya.
Dalam Persamaan : W­­­­­­b = mb.g
Ketika dalam air, dikatakan memiliki berat semu, dinyatakan dengan: Wdf = Wb – FA
Keterangan : Wdf : berat dalam fluida, dikatakan juga berat semu (N) Wb : berat benda sesungguhnnya, atau berat di udara (N) FA : gaya angkat ke atas (N) Gaya angkat ke atas ini yang disebut juga gaya apung.

Defenisi I gaya apung: Gaya yang dikerjakan fluida pada benda yang timbul karena selisih gaya hidrostatik yang di kerjakan fluida antara permukaan bawah dengan permukaan atas. BIla tekanan fluida pada sisi atas dan sisi bawah benda yang mengapung masing-masing p­1 dan p2, maka gaya yang dikerjakan pada telur pada sisi atas dan bawah adalah: F­1 = p1. A F2 = p2. A Gaya ke atas yang bekerja pada balok merupakan resultan gaya F1 dan F2. FA = F2 – F2 FA = (p2 – p1)A FA = (h2 – h1)pfgA FA = pfgV Keterangan : pf = masa jenis fluida (kg/m3) V = volume air telur yang tercelup (m3)
Defenisi II gaya apung : Selisih berat benda di udara dengan berat benda di fluida yang memiliki gaya apung tersebut.
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA
Kesetimbangan Benda Tega
                                                                                                                                                                                                I.        Judul                             :           Kesetimbangan Benda Tegar

    II.        Tujuan                           :           Menentukan letak titik berat benda yang                                                               tidak beraturan bentuknya.


  III.        Alat dan Bahan            :

1.    Kertas karton
2.    Gunting
3.    Penggaris
4.    Alat tulis
5.    Jarum Pentul
6.    Bandul ( Kelereng )
7.    Benang Jahit
8.    Kain kasa

 IV.        Materi                            :
      Gaya berat benda adalah resultan dari seluruh berat partikel. Titik tangkap gaya berat merupakan titik berat benda. Cara untuk menentukan titik berat benda homogen yang memiliki bentuk teratur adalah terletak pada garis atau bidang simetri tersebut. Sementara itu untuk benda-benda yang tidak beraturan, titik berat ditentukan dengan cara di gantung di sembarang titik dengan tali, buat garis yang sama dengan terusan tali, lalu ambil titik yang lain dan lakukan hal yang sama, maka pertemuan garis yang terlihat adalah titik berat benda tersebut.
Secara kuantitatif, titik berat benda dapat dihitung dengan cara berikut, misalnya sebuah benda tegar dengan bentuk tidak teratur terdapat pada bidang koordinat x,y. Jika berat masing-masing partikel penyusun benda adalah w1, w2, w3, ..., wn  dengan koordinat (x1, y1), (x2, y2), (x3, y3), ..., (xn, yn), dan koordinat titk berat benda adalah (x0, y0), maka momen gaya berat benda terhadap sumbu x0adalah …. dengan cara yang sama, koordinat titik berat pada sumbu y adalah …Untuk benda-benda homogen, berat atau massa benda dapat dinyatakan dengan volume, luas dan panjang garisnya.







                                                                                                                                          
  V.        Prosedur Kerja   :

1. Siapkan kertas karton.
2. Gunting dengan bentuk sembarang.
3. Buat 3 titik sembarang.
4. Siapkan benang jahit secukupnya, beri beban (kelereng) yang telah di balut   kain kasa di ujungnya, gantungkan di tembok, di bagian tengah diberi penjepit  (jarum pentul)
5. Biarkan karton berrotasi, biarkan sampai mencapai titik seimbang.
6. Tarik garik lurus dengan penggaris, yang lurus dengan benang.
7. Lakukan langkah ke 4 – 6, di titik yang berbeda.
8. Cari titik perpotongan dari ke-tiga garis tersebut, di titik itulah titik berat karton, berinama Zo
9. Gunting salah satu garis, sehingga karton terbagi menjadi 2 bagian.
10. Buat 3 titik sembarang di bagian belakang karton yang telah dibagi 2.
11.Lakukan hal yang sama, sehingga didapat titik perpotongannya, diberinama Z1 dan Z2.
12. Hubungkan titik             Z1 dan Z2 dengan sebuah garis lurus.
13. Jika percobaan ini berhasil, maka garis lurus  Z1 dan Z2 akan melalui Zo.



















                                                                                                                        
 VI.        Data Pengamatan       :

          Setelah menggunting karton dengan bentuk tak beraturan akan didapat titik perpotongan dari ketiga titik sembarang yang telah dihubungkan. Yaitu titik AA’, BB’ dan CC’, titik perpotongan inilah yang dinamakan pusat massa (Zo).
            Setelah karton digunting menjadi 2 bagian, dan dilakukan hal yang sama seperti di atas, didapat titik perpotongan pertama (Z1) dan titik perpotongan kedua (Z2).
            Garis yang menghubungkan titik Z1 dan Z2 teryata searah atau melalui titik Zo dibelakangnya. Dengan demikian percobaan ini berhasil dan ditemukan titik beratnya.

(MASUKAN GAMBAR HASIL PERCOBAAN
VII.        Kesimpulan                  :

·         Benda yang bentuknya tak beraturan memiliki titik berat dan pusat massa. Hal tersebut tidak mungkin akan sama letaknya antara satu sama lain.
·         Pusat massa adalah titik perpotongan antara garis yang telah dihubungkan oleh tiap-tiap sisi yang merupakan pusat gravitasi. AA’, BB’, dan CC’ berpotongan di titik Zo yang merupakan pusat massa.
nedundefined
undefined
A.   Tujuan :
Memahami pengaruh panjang tali, massa beban dan besar sudut simpangan pada hasil pengukuran.
Menentukan percepatan gravitasi dengan metode ayunan Fisis.
B.   Alat dan Bahan
Tali kasur 
Bandul (lebih baik yang berbentuk seperti bola)
tiang penyangga (statip)
Stopwatch
Busur derajat 
Tips : untuk menunjang keberhasilan praktikum ayunan matematis ini, dapat dilakukan dengan,
Dalam praktikum ayunan matematis ini, usahakan menggunakan sudut simpangan maksimal 10 derajat.
Gunakan bandul yang berupa bola, karena dapat meminimalkan gesekan udara dalam praktikum ayunan matematis.
C.   Landasan Teori 
     Bandul matematis atau ayunan matematis setidaknya menjelaskan bagaimana suatu titik benda digantungkan pada suatu titk tetap dengan tali. Jika ayunan menyimpang sebesar sudut  terhadap garis vertical maka gaya yang mengembalikan : 
F = - m . g . sin θ
Untuk θ dalam radial yaitu θ kecil maka sin θ = θ = s/l, dimana s = busur lintasan bola dan l = panjang tali , sehingga :                                                                         F = −mgs/l
Kalau tidak ada gaya gesekan dan gaya puntiran maka persamaan gaya adalah :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwdmr0AF-12Z8rariaCA4BGYtMDhoSWl2LHz_LVElAA5XlqB8uX9kA2F4ynqEd0UDG5X-_73h8fBfLEqY7qfcgEwRqOBvz_ptq9bFUvQL1W9v4pwXcn8nwSn_LHUIZycK51EHPk5Bf-66m/s1600/002.gif
 Ini adalah persamaan differensial getaran selaras dengan periode adalah :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEja7gKJm_4rJRMqGFPka6I5VEVBEvXYfiVElSFYf1zuta79Y60oKaRqZ8Z0tx3GR5zt08LgvGa3wvqwn1mvjBe1UvXQB6an8E2LHxWxcEZkcVbqkqGyxJN1WzWVkj5T8Y4XeL8yUT-Nx-BL/s1600/003.gif
Harga l dan T dapat diukur pada pelaksanaan percobaan dengan bola logam yang cukup berat digantungkan dengan kawat yang sangat ringan (Anonim, 2007).
 

Beban yang diikat pada ujung tali ringan yang massanya dapat diabaikan disebut bandul. Jika beban ditarik kesatu sisi, kemudian dilepaskanmaka beban akan terayun melalui titik keseimbangan menuju ke sisi yang lain. Bila amplitudo ayunan kecil, maka bandul sederhana itu akan melakukan getaran harmonik. Bandul dengan massa m digantung pada seutas tali yang panjangnya l. Ayunan mempunyai simpangan anguler θ dari kedudukan seimbang. Gaya pemulih adalah komponen gaya tegak lurus tali.
F = - m g sin θ
F = m a
maka
m a = - m g sin θ
a = - g sin θ

Untuk getaran selaras θ kecil sekali sehingga sin θ = θ. Simpangan busur s = l θ atau θ=s/l , maka persamaan menjadi: a= gs/l . Dengan persamaan periode getaran harmonik.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiu4gcKxEA69Ur_ksimtrBgWG4Q_31xvvsqXpOvwU4-HpoPgCLrJ1xHW5FLt7RqBOabSZjv0PtJAgMLW_sohZMctiIfSBdMbs8aVWH1kVzDvOljV-75nRpWPcSWZMnsJsDj9uMikewXGQoF/s1600/004.gif
Dimana :
l = panjang tali (meter)
g= percepatan gravitasi (ms-2)
T= periode bandul sederhana (s)
Dari rumus di atas diketahui bahwa periode bandul sederhana tidak bergantung pada massa dan simpangan bandul, melaikan hanya bergantung pada panjang dan percepatan gravitasi, yaitu:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCgv_b9Bp51M7nt829-QJoZDuIwGsvMI7iUHkimW4sFEBSSdMKKkhnh_Ae9TxmyoHbmID4oWRlNZ3mHy4aor4Xq8aiuAGdFYBmY5VqTHnkYtr5ID7fdqY18i1LagQutBoJoUrn4uXbO4Op/s1600/005.gif
(Hendrra,2006)
Gerak osilasi yang sering dijumpai adalah gerak ayunan. Jika simpangan osilasi tidak terlalu besar, maka gerak yang terjadi dalam gerak harmonik sederhana. Ayunan sederhana adalah suatu sistem yang terdiri dari sebuah massa dan tak dapat mulur. Ini dijunjukkan pada gambar dibawah ini. Jika ayunan ditarik kesamping dari posisi setimbang, dan kemudian dilepasskan, maka massa m akan berayun dalam bidang vertikal kebawah pengaruh gravitasi. Gerak ini adalah gerak osilasi dan periodik. Kita ingin menentukan periode ayunan. Pada gambar di bawah ini, ditunjukkan sebuah ayunan dengan panjang 1, dengan sebuah partikel bermassa m, yang membuat sudut θ terhadap arah vertical. Gaya yang bekerja pada partikel adalah gaya berat dan gaya tarik dalam tali. Kita pilih suatu sistem koordinat dengan satu sumbu menyinggung lingkaran gerak (tangensial) dan sumbu lain pada arah radial. Kemudian kita uraikan gaya berat mg atas komponenkomponen pada arah radial, yaitu mg cos θ, dan arah tangensial, yaitu mg sin θ. Komponen radial dari gaya-gaya yang bekerja memberikan percepatan sentripetal yang diperlukan agar benda bergerak pada busur lingkaran.Komponen tangensial adalah gaya pembalik pada benda m yang cenderung mengembalikan massa keposisi setimbang. Jadi gaya pembalik adalah :
F = −mg sinθ
Perhatikan bahwa gaya pembalik di sini tidak sebanding dengan θ akan tetapi sebanding dengan sin θ. Akibatnya gerak yang dihasilkan bukanlah gerak harmonic sederhana. Akan tetapi, jika sudut θ adalah kecil maka sin θ ≈ θ (radial). Simpangan sepanjang busur lintasan adalah x=lθ , dan untuk sudut yang kecil busur lintasan dapat dianggap sebagai garis lurus. Jadi kita peroleh :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtfyjquNKzn8u1P_4aUjzC2EkgjHwDgr2p6O7Q1Y9TUnQrXox88rdhQzZe0rgXJRJvVuKZjKCScscrqc6TjQNzvUt31bVL0aSN6wiGLIu2mctDoB5BYoOZ2fSFmrSKN6J63WVbXOFcvk_Z/s1600/006.gif
Gambar 1. Gaya-gaya yang bekerja pada ayunan sederhana
Jadi untuk simpangan yang kecil, gaya pembalik adalah sebanding dengan simpangan, dan mempunyai arah berlawanan. Ini bukan laian adalah persyaratan gerak harmonic sederhana. Tetapan mg/l menggantikan tetapan k pada F=-kx.
Perioda ayunan jika amplitude kecil adalah:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFuvg2iPFXlkmXnLvfrNIzF_3CM6NosNu6I4mo3ep0mrDoC1c6q6KC81XwSfstmg3TgoiRwwPQGS2ChnxJqWr4JETwZkGHXop0YpNjJPCOf5j6pjVHE-FdEJJlCbVSid9L0W0zkDOqLzRK/s1600/007.gif
(Sutrisno, 1997).

Contoh dari kategori ayunan mekanis, yaitu pendulum. Kita akan memulai kajian kita dengan meninjau persamaan gerak untuk sistem yang dikaji seperti dalam gambar 2.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijKJuCDJ3htPWClJEYmhytu_lExrqIus9NNN82RaxRcSP2dzG6ovVSeC3_APdjBLrLZVNcqvltFKrXXTBM5co8nwe8daLc5bnrJ3ajUeSKPQ4b1em_aaDToDyNXlyx9_QinHtbbShOgXlS/s1600/008.gif
Gaya pemulih muncul sebagai konsekuensi gravitasi terhadap bola bermassa M dalam bentuk gaya gravitasi Mg yang saling meniadakan dengan gaya Mdv/dt yang berkaitan dengan kelembaman. Adapun frekuensi ayunan tidak bergantung kepada massa M.
I.          Judul       : Getaran Pegas
II.       Tujuan    : Menentukan getaran pegas.
III.    Alat dan Bahan :
                       ·   Statif
                       ·   Beban : 100gr (2 buah), 50gr (2 buah)
                       ·   Penggaris 30cm
                       ·   Pegas
                       ·   Stopwatch
IV.     Langkah Percobaan     :
1.      Susunlah alat-alat seperti gambar:
http://www.lhup.edu/~dsimanek/scenario/labman1/spring01.gif





2.      Ukur panjang pegas sebelum diberi beban
3.      Gantungkan beban 100gr pada pegas
4.      Ukurlah panjang pegas setelah diberi beban
5.      Ulangi langkah percobaan di atas dengan beban selanjutnya: 200gr, 250gr





V.        Dasar Teori
Hukum Hooke : pertambahan panjang pada suatu pegas berbanding lurus dengan gaya yang bekerja pada pegas tersebut, dapat dinyatakan dalam persamaan :
Rounded Rectangle: F = k ∆y                                  
          

F = gaya ( Newton )
       k = konstante pegas ( N.m-1 )   
∆y = pertambahn panjang ( m )

Grafik antara F dan perpanjangan ∆y  merupakan garis lurus. Dengan grafik itu dapat dicari harga k.

           
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxihpQaCgksIeWLhKWn5NNGaxll5Hrhx78lJ4oA9dJIAVmRBFig_pp6u7pTxmzOcdjc5LxLEcaqeD3ubnE6kZqZc-YQEeMMqTEyzwhgTXcy4NiMrjOHBxPSbFUZJo9XfhqoMdkhQcuAime/s1600/hukum-hooke-dan-elastisitas-g.jpg













VI.     Data Pengamatan
Massa Beban
No
t
(10 get)
T = 
T2
k = 
100 gr
1
5s
T= 
2
5s
T= 
3
5s
T= 
200
1
6s
T= 
2
6s
T= 
3
6s
T= 
250
1
7s
T= 
2
7s
T= 
3
7s
T= 




VII.  Keimpulan
1.      Makin besar massa yang dipergunakan maka pertambahan panjang pada system pembebanan akan semakin besar.
2.      Hukum Hooke benar, bila pegas dibebani sebuah gaya, maka perpanjangn pegas akan sebanding dengan gaya itu (selama batas elastisitas pegas belum dilampaui)
3.      Pada sistem pembebanan nilai k. ditentukan oleh massa gravitasi dan pertambahan panjang.

4.       Pada sistem getaran nilai k ditentukan banyaknya getaran, massa,dan periode.

Comments